Profil Desa Bojongsana
Ketahui informasi secara rinci Desa Bojongsana mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil lengkap Desa Bojongsana, Suradadi, Tegal. Mengungkap potensi strategis sektor pertanian dan perikanan di pesisir Pantura, data wilayah terbaru, serta perjuangan masyarakat menghadapi tantangan abrasi dan ancaman gagal panen.
-
Pusat Ekonomi Agraris dan Bahari
Bojongsana merupakan desa dengan sektor ekonomi vital yang bertumpu pada pertanian padi sawah dan perikanan laut, menjadikannya salah satu penopang penting di Kecamatan Suradadi
-
Tantangan Lingkungan Ganda
Desa ini berada di garis depan dalam menghadapi isu lingkungan yang serius, yakni abrasi pantai yang mengancam wilayah pesisir dan persoalan kekeringan yang memicu gagal panen di lahan pertanian
-
Modal Sosial dan Infrastruktur Mapan
Didukung oleh infrastruktur pendidikan dasar yang memadai serta modal sosial yang kuat melalui kelembagaan masyarakat, Bojongsana menunjukkan resiliensi dalam tata kelola desa dan pengembangan komunitas

Desa Bojongsana, sebuah wilayah administrasi di Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, menampilkan wajah khas desa pesisir di jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa. Sebagai salah satu desa yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, Bojongsana memegang peran penting dalam struktur ekonomi dan sosial kecamatan. Wilayah ini tidak hanya menjadi lintasan krusial dalam jaringan transportasi nasional, tetapi juga merupakan lumbung pangan melalui sektor pertanian dan perikanannya. Namun di balik potensinya yang besar, desa ini menyimpan pergulatan serius melawan tantangan lingkungan yang mengancam keberlanjutan hidup warganya.
Keseharian masyarakatnya diwarnai oleh aktivitas agraris di hamparan sawah yang subur serta kegiatan bahari yang bergantung pada hasil laut. Denyut nadi ekonomi desa ini berdetak seirama dengan musim tanam dan kondisi gelombang laut. Akan tetapi, perubahan iklim dan degradasi lingkungan telah membawa dampak nyata, seperti ancaman abrasi yang terus menggerus garis pantai dan persoalan ketersediaan air yang menjadi momok bagi para petani. Artikel ini akan mengulas secara mendalam profil Desa Bojongsana, dari kondisi geografis dan demografi, tata kelola pemerintahan, potensi ekonomi, hingga dinamika sosial masyarakatnya dalam menghadapi tantangan zaman.
Geografi dan Demografi
Secara geografis, Desa Bojongsana terletak di kawasan dataran rendah pesisir utara Kabupaten Tegal. Letaknya yang strategis menjadikan desa ini sebagai salah satu dari empat desa pesisir di Kecamatan Suradadi. Berdasarkan data administrasi, batas-batas wilayah Desa Bojongsana meliputi:
Sebelah Utara: Laut Jawa
Sebelah Timur: Desa Kademangan (Kecamatan Warureja)
Sebelah Selatan: Desa Jatimulya
Sebelah Barat: Desa Purwahamba
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal tahun 2023, luas wilayah Desa Bojongsana tercatat seluas 4,346 km² atau setara dengan 434,6 hektare. Luas ini menempatkannya sebagai salah satu desa dengan wilayah yang cukup signifikan di Kecamatan Suradadi. Komposisi penggunaan lahan didominasi oleh area persawahan yang menjadi tulang punggung utama pertanian setempat.
Terkait data kependudukan, publikasi BPS terbaru belum merilis angka spesifik untuk tingkat desa pada tahun 2024 atau 2025. Namun, data proyeksi untuk Kecamatan Suradadi dapat memberikan gambaran umum. Pada tahun 2015, Kecamatan Suradadi memiliki kepadatan penduduk sekitar 1.445 jiwa per km². Jika mengacu pada tren pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tegal, diperkirakan jumlah penduduk di Desa Bojongsana juga terus mengalami peningkatan. Komunitas penduduk di sini merupakan masyarakat homogen dengan ikatan sosial yang kuat, sebagian besar berasal dari suku Jawa dengan dialek Tegalan yang khas.
Pemerintah Kabupaten Tegal, melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), menunjukkan perhatian terhadap akurasi data administrasi kependudukan di desa ini. Salah satu inisiatif yang pernah digelar ialah program "Tilik Desa", di mana pelayanan administrasi kependudukan seperti pembuatan akta, kartu keluarga dan dokumen lainnya dilakukan secara langsung di balai desa, memastikan setiap warga tercatat secara resmi dalam sistem administrasi negara.
Pemerintahan dan Tata Kelola Desa
Roda pemerintahan di Desa Bojongsana berjalan di bawah kepemimpinan seorang Kepala Desa yang dipilih secara demokratis. Berdasarkan hasil pemilihan kepala desa serentak Kabupaten Tegal, pemerintahan Desa Bojongsana sejak tahun 2019 dipimpin oleh Kepala Desa Sukarto. Struktur pemerintahannya didukung oleh perangkat desa yang meliputi sekretaris desa, kepala seksi (kasi), dan kepala urusan (kaur) yang masing-masing membidangi urusan pemerintahan, kesejahteraan, pelayanan, keuangan, dan perencanaan.
Tata kelola desa berjalan secara aktif dengan melibatkan lembaga kemasyarakatan desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai mitra legislatif pemerintah desa. Selain itu, kegiatan pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat juga menjadi fokus, yang terlihat dari adanya program pembinaan Satuan Perlindungan Masyarakat (Linmas) oleh aparat dari Komando Rayon Militer (Koramil) Suradadi. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Linmas dalam membantu penegakan ketertiban umum, penanggulangan bencana alam, dan mempelopori program-program pemerintah di tingkat desa.
Koordinasi dengan aparat keamanan seperti Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari TNI juga rutin dilakukan. Kegiatan seperti patroli wilayah dan "sambang warga" menjadi metode untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat, menyerap aspirasi, serta mendeteksi potensi masalah sosial secara dini. Kolaborasi antara pemerintah desa, BPD, Linmas, dan aparat keamanan ini menciptakan sebuah ekosistem tata kelola yang solid dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Potensi Ekonomi dan Mata Pencaharian
Struktur ekonomi Desa Bojongsana sangat bergantung pada dua sektor utama: pertanian dan perikanan. Lahan persawahan yang luas menjadi basis utama bagi mayoritas penduduk untuk menggantungkan hidupnya sebagai petani padi. Namun, sektor ini menghadapi tantangan serius yang mengancam produktivitas dan kesejahteraan petani.
Sebuah berita yang dirilis pada awal Juni 2025 menyoroti keluhan para petani di Bojongsana mengenai kegagalan panen (puso) yang terjadi berulang kali. Ketua Kelompok Tani (Poktan) Karya Bakti, Ahmad Sulaiman, menyatakan bahwa kegagalan panen kerap terjadi pada musim tanam kedua, sekitar bulan Mei hingga Juli, akibat kekurangan pasokan air. "Selama dua tahun, kami mengalami gagal panen. Luasnya mencapai 18,5 hektare dari total luas 38 hektare," ungkap Sulaiman. Untuk mengatasi krisis air, para petani terpaksa menyedot air dari sungai yang berjarak cukup jauh, sebuah solusi sementara yang memakan biaya besar. Untungnya, sebagian petani telah mendaftarkan lahannya pada program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dari pemerintah, yang memberikan sedikit jaminan finansial ketika gagal panen terjadi.
Selain padi, beberapa penelitian juga mengindikasikan adanya upaya diversifikasi tanaman, seperti jagung, untuk optimalisasi lahan. Namun, persoalan irigasi dan ketersediaan air tetap menjadi kendala utama yang perlu dicarikan solusi jangka panjang.
Di sisi lain, sebagai desa pesisir, sektor perikanan juga menjadi andalan ekonomi. Banyak warga yang berprofesi sebagai nelayan, baik nelayan tangkap maupun pembudidaya tambak. Potensi perikanan laut dan air payau di Bojongsana telah diidentifikasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tegal, di mana Kecamatan Suradadi ditetapkan sebagai salah satu pusat pengembangan perikanan. Meskipun demikian, belum ada data spesifik mengenai produk olahan perikanan unggulan atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbasis bahari yang menonjol dari desa ini, yang mengindikasikan potensi hilirisasi produk perikanan masih terbuka lebar untuk dikembangkan.
Infrastruktur dan Pembangunan
Pembangunan infrastruktur di Desa Bojongsana terus berjalan, meskipun menghadapi tantangan kondisi geografis. Sebagai bagian dari jalur Pantura, aksesibilitas menuju desa ini tergolong baik. Namun, kondisi jalan di dalam desa bervariasi, sebagaimana kondisi umum di Kecamatan Suradadi yang terdiri dari jalan beraspal, kerikil, dan sebagian kecil masih berupa tanah.
Dalam sektor pendidikan, Desa Bojongsana telah memiliki sarana pendidikan dasar yang mapan. Terdapat SD Negeri Bojongsana yang beralamat di Jalan KH. Yunus. Sekolah berstatus negeri dengan akreditasi B ini menjadi pusat pendidikan dasar bagi anak-anak di desa tersebut. Selain itu, terdapat pula lembaga pendidikan anak usia dini, yakni TK Muslimat NU Masyithoh Bojongsana, yang menunjukkan adanya perhatian masyarakat terhadap pendidikan sejak dini.
Untuk fasilitas kesehatan, masyarakat Bojongsana dan desa-desa sekitarnya dilayani oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Suradadi. Keberadaan rumah sakit milik pemerintah di tingkat kecamatan ini merupakan sebuah keuntungan besar, karena warga tidak perlu menempuh jarak yang jauh ke pusat kabupaten untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif.
Tantangan pembangunan terbesar bagi Bojongsana ialah mitigasi bencana. Desa ini, bersama tiga desa pesisir lainnya di Kecamatan Suradadi, sangat rentan terhadap bencana banjir dan abrasi pantai. Pemerintah daerah telah mengidentifikasi perlunya pembangunan infrastruktur pelindung pantai seperti revetment dan rehabilitasi vegetasi mangrove untuk menahan laju abrasi. Perencanaan ini menjadi krusial untuk melindungi aset permukiman dan lahan pertanian warga dari ancaman kerusakan lingkungan yang semakin nyata.
Kehidupan Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial masyarakat Desa Bojongsana sangat kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan religiusitas. Interaksi antarwarga terjalin erat, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam acara-acara komunal. Organisasi keagamaan dan kepemudaan memegang peranan penting dalam membentuk karakter dan dinamika sosial.
Salah satu organisasi yang aktif ialah Pemuda Muhammadiyah Ranting Blendung-Bojongsana. Sebuah studi menunjukkan peran organisasi ini dalam membentuk akhlak generasi muda melalui berbagai kegiatan, seperti pengajian rutin, peringatan hari besar Islam, bakti sosial, dan santunan anak yatim. Pendekatan yang dilakukan ialah dengan merangkul pemuda melalui kegiatan yang variatif dan menarik, meskipun menghadapi tantangan kesibukan anggota dan persaingan dengan aktivitas lainnya.
Tradisi budaya lokal secara umum mengikuti kebudayaan masyarakat Tegal pada umumnya. Salah satu tradisi besar yang dekat dengan wilayah ini ialah perayaan Rebo Wekasan yang terpusat di Desa Suradadi. Meskipun berpusat di desa tetangga, spirit dan nilai-nilai dari tradisi tersebut turut mempengaruhi kehidupan sosial-keagamaan masyarakat Bojongsana. Semangat gotong royong dan solidaritas sosial menjadi modal utama masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan, mulai dari persoalan keamanan hingga bencana alam dan kesulitan ekonomi.